BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Jawa Tengah mempunyai 35 kota atau kubupaten. Semarang sendiri merupakan
kota pusat atau ibukota jawatengah. Luas wilayah kota Semarang yaitu 373,70
km Dimana kota Semarang terbagi menjadi 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dengan
jumlah penduduk pada tahun 2013 adalah sebesar 1.739.989 jiwa.
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang unik. Dikarenakan kota
ini terbagi dalam dua alam yang kontras dengan jarak yang sangat
berdekatan.kawasan kota bawah berbatasan langsung dengan pantai, sedangakan
kawasan perbukitan jaraknya sangat pendek. Kawasan kota yang berada dibawah
tentu rawan banjir dan rob dikarenakan jaraknya dengan pantai yang sangat dekat
dan padatnya lahan-lahan yang dijadikan bangunan menjadikan sulit sekali
ditemukan tumbuhan atau pohon besar dikota ini, hampir tidak ada sela antara
bangunan yang satu dengan yang satunya. Sementara daerah perbukitan sangat
rawan longsor tujuh kecamatan dari 16 kecamatan dikota Semarang memiliki titik
rawan longsor. Ketujuh kecamatan itu adalah Gunungpati, Gajahmungkur, Manyaran,
Tembalang, Ngaliyan, Mijen, dan Tugu. Kontur tanah dikecamatan-kecamatan
itu sebagian adalah perbukitan dan daerah patahan dengan struktur
tanah yang labil.
Baru-baru ini Trangkil, daerah atas kota Semarang terjadi longsor yang
menjadikan satu Rt kehilanagn tempat tinggalnya. Hal ini dirasa tidak
mengherankan dikarenakan melihat letak goegrafisnya yang berada dilereng-lereng
perbukitan, menjadikan daerah ini rawan longsor. Musim hujan sangat berpotensi
menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan
terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.
B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
tanah longsor?
2. Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
3. Apa saja dampak yang timbul dari bancana
tersebut?
4. Apa solusi dari bancana tanah longsor?
C.
Tujuan
1. Mengetahui penyebab dan proses terjadinya tanah
longsor
2. Mengetahui dampak terjadinya bencana tanah longsor
3. Memberikan solusi melalui empat pilar konservasi
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab
Tanah Longsor
Indonesia terletak pada pertemuan tiga
lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng India-Australia
yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antarlempeng tersebut, terbentuk
daerah yang memanjang di sebelah barat Pulau Sumatera, sebelah selatan Pulau
Jawa, hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah utara Kepulauan
Maluku, dan sebelah utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan tersebut adalah
terbentuknya palung samudra, lipatan, punggungan, dan patahan di busur
kepulauan, sebaran gunung api dan sebaran sumber gempa. Gunung api yang ada di
Indonesia berjumlah 129 atau 13 persen dari jumlah gunung api aktif dunia.
Dengan demikian, Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa
bumi. Di beberapa pantai, dengan bentuk pantai sedang hingga curam, jika
terjadi gempa bumi dengan sumber di dasar laut atau samudra, dapat menimbulkan
gelombang tsunami.
Jenis tanah pelapukan yang sering
dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki
komposisi sebagian besar lempeng dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah
pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan/punggung dengan
kemiringan sedang hingga terjal, berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada
musim hujan dengan curah hujan berkualitas tinggi. Jika perbukitan tersebut
tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, kawasan tersebut rawan bencana
tanah longsor.
A.
Penyebab terjadinya tanah longsor
Tanah longsor atau dalam bahasa inggris disebut Landslide,
adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah atau material campuran tersebut, bergerak kebawah atau keluar
lereng. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada
lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh
kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tanah longsor tersebut yaitu :
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan
merekahnya tanah permukaan.
Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan
cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi
biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam
waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan.
Selain itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi
lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran
antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap
tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan
jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang
longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya
diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas
kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan
dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri :
a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung
membentuk tapal kuda
b. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang
relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur
c. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif
landau
d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing
lembah
e. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan
bekas longsoran kecil pada longsoran lama
f.
Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran
kecil.
g. Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki cirri :
·
Bidang perlapisan batuan
·
Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
·
Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat
·
Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang
tidak melewatkan air (kedap air).
·
Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat
·
Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai
bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana
pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan,
seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi.
Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.
B. Proses Terjadinya Tanah Longsor
Tanah
longsor adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya
tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut. Air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Jenis-Jenis Tanah Longsor :
1.
Longsoran Translasi
longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2.
Longsoran Rotasi
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah
dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3.
Pergerakan Blok
pergerakan Blok adalah perpindahan batuan yang
bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini juga longsoran
translasi blok batu.
4.
Runtuhan Batu
runtuhan Batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak kebawah dengan jatuh bebas.umumnya terjadi pada lereng yang terjal
hingga menggantung, terutama didaerah pantai. Batu-batu yang besar yang jatuh
dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
5.
Rayapan Tanah
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama, longsor jenis rayapan ini bisa
menyebab-kan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
6.
Aliran
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa
tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan meter, seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi.
Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
Gejala Umum Tanah Longsor
·
Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
·
Biasanya terjadi setelah hujan.
·
Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
·
Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
C.
Dampak bencana tanah longsor
1.
Korban jiwa
Kebanyakan bencana alam yang terjadi dinegeri
ini memakan korban jiwa. Begitu juga bencana tanah longsor. bencana tanah
longsor memakan korban karena biasanya terjadi pada saathujan deras. Sudah
tentu pada saat hujan deras orang-orang sedang berkumpul dirumah. Sedangkan itu
bencana tanah longsor datang tiba-tiba.
Masyarakat sulit menyelamatkan diri karena
ketika tanah longsor datang mereka langsung tertimbun tanah ataupun
bebatua yang ada disekitar. Cara mengevakuasi korbanpun tidak
semudah yang kita bayangkan.para relawanpun akan sangat berhati-hati
mengevakuasi para korban.
Selain mereka kesulitan mengevakuasi, mereka juga harus waspada jika ada
susulan tanah longsor. bahkan ada yang sampai beberapa hari korban korban tanah
longsorbaru ditemukan. Namun terkadang ada pula korban tanah longsor yang tidak
ditemukan jasadnya Karen proses evakuasi yang begitu sulit. Denga demikian
bencana tanah longsor yang terjadi memakan korban jiwa.
2.
Rusaknya infrastuktur
Tanah longsor juga mengakibatkan rusaknya
infrstuktur yaitu pemukiman penduduk. Pemukiman penduduk pastinya akan
mengalami rusak yang parah.bahkan tanah longsor juga mengakibatkan rusaknya
jalan dan jembatan yang menuju arah terjadinya tanah longsor. hal ini juga
menjadi kendala pada saat evakuasi korban.
Selain itu dampak dari tanah longsor yaitu rusaknya sarana kesehatan,
pendidikan dan tempat peribadatan. Jika dihitung materinya maka bencaa ini
selain memakan korban jiwa juga merugikan dalam hal materi terutama bagi
masyarakat sekirat tanah longsor.
3.
Rusaknya sumber mata pencaharian warga
Yang dimaksud rusaknya sumber mata pencaharian
warga yaitu kebanyakan warga yang berada dilereng gunung mereka bekerja
dibidang pertaian, peternakan, pehutanan dan perkebunan. Dengan
adanya bencana tanah longsor itu, sudah tentu lahan yang mereka gunakan untuk
becocok tanam, baternak, berkebun rusak karena bancana tanah longsor ini.
Warga sekitar menjadi kehilangan mata pencaharianna sehari-hari. Selain
lahan mereka rusak merekapun tidak bisa menikmati hasil panennya. Bahkan bagi
peternak merekapun harus rela kehilangan hewan ternaknya.
4.
Buruknya sanitasi lingkungan
Akibat tanah longsor menjadikan sanitasi lingkungan buruk.
Terutama pada saat bencana tanah longsor saluran air bersih menjadi
terputus. Padahal air adalah hal yang sangat mendukung kehidupan manusia
atau sangat penting sekali.
D.
Solusi terhadap bencana tanah longsor
Solusi terhadap bencana longsor melalui empat pilar utama :
1. Departemen pendidikan nasional
Departemen pendidikan nasional sudah semestinya
tanggap dalam berbagai masalah yang terjadi dimasyarakat, begitu pula dengan
berbagai bencana yang terjadi. Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana tanah
longsor yang disebabkan berbagai hal, seperti hujan, penggundulan lahan, dan
lain sebagainya. Adapun hal yang dapat dilakukan pemerintah dalam hal ini
Departemen pendidikan yaitu :
pendidikan sekolah anak usia dini, sekolah
dasar, sekolah menengah seharusnya sudah diberikan pengajaran mengenai
pendidikan lingkungan hidup, dengan cara penanaman sikap pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan, merawat atau memelihara lingkungan, tidak menyebabkan
kerusakan pada lingkungan mengimplementasikan konservasi dalam bidang akademik,
salah satunya dengan cara menanamkan nilai-nilai spiritual, social, pengetahuan
dan keterampilan, serta disisipkan melalui perangkat pembelajarannya. Disamping
itu diberikan juga pengetahuan mengenai isu permasalahan lingkungan yang
selanjutnya dapat menggerakkan peserta didik untuk berperan aktif dalam upaya
pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan
yang akan datang.
2.
Instansi Pemerintah
a) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Peran Badan Penanggulangan Bencana dalam menanggulangi bencana diantaranya
:
Pertama adalah menghilangkan
atau secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Jika hal ini
tidak dapat dilaksanakan,
Kedua adalah mengurangi besarnya dampak dan keganasan
bencana dengan mengubah karakteristik ancaman, meramalkan atau mendeteksi
potensi bencana (sistem peringatan dini), atau mengurangi kerentanan dengan
memperbaiki unsur-unsur struktural dan non-struktural masyarakat. Bila
bencana tidak dapat terhindarkan lagi,
Ketiga adalah
mempersiapkan pemerintah dan masyarakat untuk menghindari atau merespon bencana
dengan tepat dan efektif sehingga kerugian dapat dikurangi. Strategi
terakhir ini mencakup upaya meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dengan
secepatnya memulihkan diri setelah terjadi bencana danmenguatkan diri untuk
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana di masa depan. Jadi strategi
penanggulangan bencana tidak terbatas pada tanggap darurat dan
pemulihan pasca bencana saja, tetapi juga meliputi upaya membangun
ketangguhan masyarakat untuk menghadapi ancaman bahaya bencana.
b) Balai Bumi Pekemahan
Balai Bumi Perkemahan menyediakan bibit-bibit yang dapat digunakan
masyarakat untuk menanam pada daerah yang berpotensi longsor, misalnya di
lereng dekat pemukiman atau rumah warga. Lembaga Swadaya Masyarakat.
Masyarakat bekerja sama dalam memelihara lingkungan, misalnya bersama-sama
menanam tanaman pada tanah yang berpotensi longsor dengan pohon yang
akar-akarnya kuat sehingga tetap menjaga kestabilan tanah, selain itu dapat
juga dibentuk terassering dan ditanami tanaman-tanaman yang dapat dikonsumsi
warga atau dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alamnya.
c)
Lembaga hokum
Membentuk peraturan mengenai kewajiban menjaga lingkungan serta dibentuknya
peraturan yang memuat hukuman bagi masyarakat yang merusak lingkungan baik itu
menebang pohon secara liar, membuang sampah sembarangan, mengalih fungsikan
lahan, dan kegiatan lainnya yang berpotensi pada kerusakan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor adalah air yang meresap ke dalam
tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap
air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah
pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Gejala-gejalanya yaituMunculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan
arah tebing,Biasanya terjadi setelah hujan,Munculnya mata air baru secara
tiba-tiba,Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.
B.
Saran
Ada beberapa tindakan perlindungan dan perbaikan yang bisa ditambah untuk
tempat-tempat hunian, antara lain :
·
Perbaikan drainase tanah (menambah materi-materi yang bisa menyerap).
·
Modifikasi lereng (pengurangan sudut lereng sebelum pembangunan)
·
Vegetasi kembali
lereng-lereng.
·
Beton-beton yang menahan
tembok mungkin bisa menstabilkan lokasi hunian.